Jumat, 22 Mei 2020

Para Ahli Psikologi Humanistik: Snyggs dan Combs (1949), Abraham Maslow (1950), Aanstoos, Serlin & Greening, 2000, Morris (1954), | Ahli Psikologi Belajar Humanistik

Para Ahli Psikologi Humanistik: Snyggs dan Combs (1949), Abraham Maslow (1950), Aanstoos, Serlin & Greening, 2000, Morris (1954) | Ahli Psikologi Belajar Humanistik - Snyggs dan Combs (1949) - Sahabat pembelajar semua, pembahasan kita kali ini adalah tentang Para Ahli Psikologi Humanistik. Kita mulai dari Snyggs dan Combs.

Snyggs dan Combs dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.


Arthur Combs (1912-1999) dan Donald Snygg (1904-1967) dan Teorinya

Teori Humanistik yaitu meaning (makna atau arti) yang merupakan konsep dasar yang sering digunakan dalam proses belajar. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Aanstoos, Serlin & Greening, 2000 

Sobat Jufry semua, kali ini kita akan melihat pandangan dan kajian teori Humanistik yang dikembangkan oleh Aanstoos, Serlin & Greening. 

Psikologi humanistik memiliki 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: 
  1. keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
  2. manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
  3. manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
  4. manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan 
  5. manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas. 

Teori-teori dalam psikologi humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).

Selanjutnya, menurut psikologi humanistik usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif merupakan suatu tindakan yang salah kaprah. hal ini menunjukkan kritikan psikologi humanistik terhadap semangat zaman pada masa itu yang sangat kental dengan budaya positivisme yang mendasarkan segala pengetahuan haruslah bersifat ilmiah dan dibuktikan dengan data kuantitatif.

Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori Humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata. Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi.

Abraham Maslow (1950) 

Dear readers, melanjutkan artikel kami sebelumnya tentang para ahli psikologi humanistik. Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis (Misiak dan Sexton, 2005).

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Dari pemikiran Abraham Maslow yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik.

Morris (1954)

Morris meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Morris menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik. 

Maaf, data tentang Morris sangat sedikit dan bahkan sulit untuk ditemukan, hanya segini saja yang bisa kami bagikan, trimakasih sebelumnya.


Carl Rogers 

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis (Misiak dan Sexton, 2005). 

Salah satu pakar Psikologi Humanistik yang terkenal adalah Carl Rogers. Ia berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa.

Demikianlah yang dapat kami bagikan tentang Calr Rogers, tak banyak sumber yang menyediakan tentang beliau, namun jika kami mendapatkan perkembangan tentang beliau, nantinya akan kami update.

0 komentar :

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1