Basilius dan Gregorius dilahirkan di Asia Kecil pada tahun 330. Sekarang daerah tersebut dikenal dengan nama Turki. Keluarga Basilius: nenek, ayah, ibu, dua saudara serta seorang saudarinya semuanya adalah orang kudus. Sedangkan orangtua Gregorius adalah St. Nonna dan St. Gregorius Tua. Basilius dan Gregorius saling bertemu dan menjadi sahabat karib di sekolah di Athena, Yunani. Basilius kemudian menjadi seorang guru yang tersohor. Suatu hari, saudarinya yaitu St. Makrina, menyarankan agar ia menjadi seorang biarawan. Basilius mendengarkan nasehat baik saudarinya, pergi ke tempat yang sunyi dan di sana mendirikan biaranya yang pertama.
Regula (=peraturan biara) yang ditetapkannya bagi para biarawannya amatlah bijaksana. Biara-biara Gereja Timur masih menerapkannya hingga saat ini.
Keduanya, Basilius dan Gregorius, menjadi imam dan kemudian Uskup.
Mereka dengan berani berkhotbah menentang bidaah Arianisme yang menyangkal
bahwa Yesus adalah Tuhan. Ajaran sesat ini membingungkan banyak orang. Ketika
menjadi Uskup Konstantinopel, Gregorius mempertobatkan banyak orang dengan
khotbah-khotbahnya yang mengagumkan. Hal itu membuatnya hampir saja kehilangan
nyawanya. Seorang pemuda berencana untuk membunuhnya. Pada saat-saat terakhir,
pemuda tersebut bertobat serta memohon pengampunan dari Gregorius. St.Gregorius sungguh mengampuninya serta membawanya ke jalan yang benar dengan
kelemahlembutan serta kebaikan hatinya. Empatpuluh empat khotbah St. Gregorius,
243 suratnya, serta banyak puisinya kemudian diterbitkan. Buah penanya masih
amat penting hingga saat ini. Banyak penulis mendasarkan karya-karya mereka
pada buah penanya itu.
Basilius, sahabat Gregorius, seorang yang amat lembut serta murah
hati. Ia selalu menyediakan waktu untuk menolong kaum miskin papa. Ia bahkan
mendorong orang-orang miskin itu untuk menolong mereka yang lebih miskin dari
mereka sendiri. “Berikanlah makanan terakhirmu kepada pengemis yang mengetuk
pintumu,” desaknya, “dan percayalah akan belas kasihan Tuhan.” Basilius
menyumbangkan segala miliknya dan membuka sebuah dapur umum. Di sana orang sering
melihatnya mengenakan celemek dan melayani mereka yang lapar. St. Basilius wafat
pada tahun 379 dalam usia empatpuluh sembilan tahun. Sementara Gregorius wafat
pada tahun 390 dalam usia enampuluh tahun. Ia dimakamkan di Basilika St. Petrus
di Roma.
Kita tidak akan pernah menyesal mempergunakan pengetahuan, waktu,
serta bakat-bakat kita untuk membantu orang-orang di sekitar kita semakin dekat
dengan Tuhan.
Semoga teladan serta ajaran St.
Basilius dan St. Gregorius senantiasa mendorong kita “untuk menyatakan
kebenaran di dalam kasih” (Ef 4:15). Biarlah semangat tersebut menjadi doa kita
pada hari ini.
0 komentar :
Posting Komentar