Definisi/Pengertian Eutropikasi dan Blooming Algae
Sobat belajar, pernah mendengar isitilah etropikasi atau algae blooming? Nah, Eutrofikasi adalah salah satu masalah lingkungan hidup pada ekosistem perairan air tawar dimana hal ini diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-). Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L.
Proses ini juga sering disebut dengan istilah blooming algae atau algae blooming. Blooming itu sendiri dapat diartikan sebagai pertumbuhan mahkluk hidup secara cepat dan tak terkendali. Dalam hal ini adalah tumbuhan alga. Blooming algae merupakan kondisi di mana perairan mengalami ledakan populasi planton yang membuat penampakan perairan menjadi hijau. Bloming Alga terjadi karena proses eutrofikasi atau penyuburan pada perairan akibat dari penumpukan sisa pakan dan bahan organik di dasar perairan sehingga memberikan suplai makanan bagi planton untuk tumbuh subur dan memperbanyak diri.
Apa yang menyebabkan terjadinya booming algae?
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya blooming algae, khususnya di daerah perairan budidaya. Pemberian pakan yang banyak dengan manajemen pakan yang buruk serta kualitas pakan yang rendah membuat pakan tidak termakan oleh kultivan seluruhnya. Akibatnya pakan sisa yang tidak termakan akan larut dan tenggelam lalu mengendap di dasar perairan. Seperti yang kita ketahui bahwa didalam pakan itu mengandung banyak nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral lainya. Nah, jika unsur-unsur nutrisi ini larut maka perairan akan kaya akan nutrisi sehingga terjadilah penyuburan perairan. Dalam kondisi inilah planton tumbuh subur dan memperbanyak diri sehingga menutupi seluruh permukaan air.
Apa saja dampak dari Blooming Algae?
Dampak dari blooming algae ini adalah akan menghalangi penetrasi atau masuknya cahaya ke dalam perairan yang tentunya memeberi pengaruh terhadap organisme yang ada di kolom perairan tersebut. Selain itu akan terjadi persaingan penggunaan oksigen antara organisme planton itu sendiri utamanya zooplanton dengan hewan akuatik yang dipelihara seperti ikan, udang, kepiting, teripang dan yang lainya.
Selain itu blooming algae juga dapat mempengaruhi kualitas air di perairan tersebut. karena suatu saat algae tadi akan mati secara massal akibatnya tejadi kembali penumpukan bahan organik di dasar perairan. Sekarang tugas mikroorganisme pengurai di dasar perairan untuk mengurai bahan organik tersebut. Masalahnya adalah ketika malam hari maka proses fotosintesis akan berhenti karna tidak adanya cahaya matahari sehingga suplai oksigen di perairan pun berkurang. Dalam kondisi seperti ini maka bakteri pengurai akan bekerja secara anaerob (tanpa oksigen) sehingga zat yang dihasilkannya adalah zat-zat yang bersifat toksin yang buruk bagi organisme akuatik. Jadi intinya adalah agar tidak terjadi blooming algae maka perlu diperhatikan menejemen pemberian pakan pada kegiatan budidaya secara intensif.
Bagaimana Cara Menanggulangi Eutrofikasi atau Blooming Algae?
Seperti penjelasan awal bahwa senyawa yg berperan penting yang menyebabkan masalah eutropikasi ini adalah senyawa fosfat, maka hendaknya perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup harus meninjau akar masalah yang menyebabkan banyaknya senyawa fosfat yg masuk ke dalam ekosistem perairan air tawar. Semisal pengolahan limbah yg mengandung fosfat yaitu deterjen dan limbah manusia. Juga, pengurangan penggunaan deterjen atau mengubah komposisi deterjen sehingga mengandung lebih sedikit fosfat.
Mengapa hingga saat ini masalah Eutropikasi dan Blooming Algae sulit ditanggulangi?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut dalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air. Belum lagi, tidak adanya kesadaran dari para produsen untuk memformulasi bahan produksinya agar lebih rama lingkungan misal mengurangi komposisi fosfat dalam eterjen. Juga, ketidak pedulian konsumen terhadap dampak penggunaan deterjen dan limbahnya bagi lingkungan.
Proses ini juga sering disebut dengan istilah blooming algae atau algae blooming. Blooming itu sendiri dapat diartikan sebagai pertumbuhan mahkluk hidup secara cepat dan tak terkendali. Dalam hal ini adalah tumbuhan alga. Blooming algae merupakan kondisi di mana perairan mengalami ledakan populasi planton yang membuat penampakan perairan menjadi hijau. Bloming Alga terjadi karena proses eutrofikasi atau penyuburan pada perairan akibat dari penumpukan sisa pakan dan bahan organik di dasar perairan sehingga memberikan suplai makanan bagi planton untuk tumbuh subur dan memperbanyak diri.
Apa yang menyebabkan terjadinya booming algae?
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya blooming algae, khususnya di daerah perairan budidaya. Pemberian pakan yang banyak dengan manajemen pakan yang buruk serta kualitas pakan yang rendah membuat pakan tidak termakan oleh kultivan seluruhnya. Akibatnya pakan sisa yang tidak termakan akan larut dan tenggelam lalu mengendap di dasar perairan. Seperti yang kita ketahui bahwa didalam pakan itu mengandung banyak nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral lainya. Nah, jika unsur-unsur nutrisi ini larut maka perairan akan kaya akan nutrisi sehingga terjadilah penyuburan perairan. Dalam kondisi inilah planton tumbuh subur dan memperbanyak diri sehingga menutupi seluruh permukaan air.
Apa saja dampak dari Blooming Algae?
Dampak dari blooming algae ini adalah akan menghalangi penetrasi atau masuknya cahaya ke dalam perairan yang tentunya memeberi pengaruh terhadap organisme yang ada di kolom perairan tersebut. Selain itu akan terjadi persaingan penggunaan oksigen antara organisme planton itu sendiri utamanya zooplanton dengan hewan akuatik yang dipelihara seperti ikan, udang, kepiting, teripang dan yang lainya.
Selain itu blooming algae juga dapat mempengaruhi kualitas air di perairan tersebut. karena suatu saat algae tadi akan mati secara massal akibatnya tejadi kembali penumpukan bahan organik di dasar perairan. Sekarang tugas mikroorganisme pengurai di dasar perairan untuk mengurai bahan organik tersebut. Masalahnya adalah ketika malam hari maka proses fotosintesis akan berhenti karna tidak adanya cahaya matahari sehingga suplai oksigen di perairan pun berkurang. Dalam kondisi seperti ini maka bakteri pengurai akan bekerja secara anaerob (tanpa oksigen) sehingga zat yang dihasilkannya adalah zat-zat yang bersifat toksin yang buruk bagi organisme akuatik. Jadi intinya adalah agar tidak terjadi blooming algae maka perlu diperhatikan menejemen pemberian pakan pada kegiatan budidaya secara intensif.
Bagaimana Cara Menanggulangi Eutrofikasi atau Blooming Algae?
Seperti penjelasan awal bahwa senyawa yg berperan penting yang menyebabkan masalah eutropikasi ini adalah senyawa fosfat, maka hendaknya perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup harus meninjau akar masalah yang menyebabkan banyaknya senyawa fosfat yg masuk ke dalam ekosistem perairan air tawar. Semisal pengolahan limbah yg mengandung fosfat yaitu deterjen dan limbah manusia. Juga, pengurangan penggunaan deterjen atau mengubah komposisi deterjen sehingga mengandung lebih sedikit fosfat.
Mengapa hingga saat ini masalah Eutropikasi dan Blooming Algae sulit ditanggulangi?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut dalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air. Belum lagi, tidak adanya kesadaran dari para produsen untuk memformulasi bahan produksinya agar lebih rama lingkungan misal mengurangi komposisi fosfat dalam eterjen. Juga, ketidak pedulian konsumen terhadap dampak penggunaan deterjen dan limbahnya bagi lingkungan.
0 komentar :
Posting Komentar