JENIS-JENIS MEMBACA: MEMBACA NYARING, MEMBACA DALAM HATI DAN MEMBACA INDAH | Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan dalam melakukan pembagian atau penggolongan jenis-jenis membaca tersebut tentunya bermacam-macam. Ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, menjadi dua jenis, yakni membaca dalam hati (silent reading), serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya, membaca dapat kita golongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (Intensive). Dilihat dari tingkatan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni membaca literal (literary reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creatif reading).
Nurhadi (1987 :143) membagi membaca menjadi tiga macam yakni membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Kemudian, Paul C.Burns dan Betty D.Roe menyatakan bahwa membaca meliputi membaca pemahaman literal, membaca pemahaman interpretatif, membaca kritis, serta membaca kreatif. Perbedaan antara pendapat Nurhadi dan Burns & Roe terletak pada membaca literal. Dalam Burn dan Roee, membaca literal termasuk membaca pemahaman yang literal termasuk membaca pemahaman yang literal dan yang interpretatif.
a. Membaca Nyaring
Selama ini banyak orang memberikan pengertian ihwal membaca nyaring ini secara sederhana sekali, yakni kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Pada tataran yang palng rendah, misalnya siswa kelas satu SD yang baru belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu tidaklah salah, karena membaca teknis seperti yang diajarkan di kelas I dan II menekankan pada upaya guru untuk menjadikan anak melek huruf, artinya mendidik anak agar dapat mengenali dan mengubah lambang-lambang tertulis menjaddi bunyi-bunyi yang bermakna. Hanya dalam tataran yang lebih tinggi, misalnya pada anak-anak sudah mulai lancar membaca, pengertian membaca nyaring pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca untuk diri sendiri tetapi membaca untuk kepentingan orang lain (pendengar). Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain.
Pada hakikatnya, membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (ef. Kamidjan, 1996:9)
Oleh karena itu ada hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajarkan membaca nyaring, yaitu:
· latihan lafal, baik vokal maupun konsonan
· latihan nada/ lagu ucapan
· latihan penguasaan tanda-tanda baca
· latihan pengelompokan kata/ frase ke dalam saatuan-satuan ide (pemahaman)
· latihan kecepatan mata
· latihan ekspresi (membaca dengan perasaan)
Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang, maka H.G Tarigan (1986:26) mengungkapkan pembaca nyaring haruslah menggunakan berbagai cara, antara lain:
· menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas
· menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya
· merencanakan kesatuan ide pikiran di dalam satuan kalimat
· menjaga suara agar senantiasa nyaring dan jelas
· menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan ekkspresi yang baik dan tepat.
Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975), H.G.Tarigan (1986: 24-25) menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring di sekolah dasar, yaitu:
Kelas I:
· mempergunakan ucapan yang tepat
· mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata)
· mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti tanda titik, koma, tanya, atau seru
· memiliki sikap yang baik dalam merawat buku
Kelas II
· membaca dengan terang dan jelas
· membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi
· membaca tanpa tertegun-tegun atau terbata-bata
Kelas III
· membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi
· membaca dengan penuh pemahaman
Kelas IV
· memahami bahan bacaan pada tingkat dasar,
· kecepatan mata dan saat membaca yakni 3 kata dalam satu detik
Kelas V
· membaca dengan penuh pemahaman dan perasaan
· mulai dapat membaca nyaring tanpa harus terus-menerus melihat pada teks
Kelas VI
· membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi
· mampu menggunakan frasa dan susunan kata yang tepat
· membaca dengan penuh kepercayaan diri.
b. Membaca Pemahaman
Untuk peringkat kelas-kelas yang lebih tinggi, frekuensi kegiatan membaca teknis seperti ini semakin dikurangi karena tingkat kelas yang lebih tinggi mengutamakan aspek pemahaman. Kegiatan membaca ini perlu segera dilatihkan setelah siswa menguasai semua huruf.
Membaca pemahaman biasanya dilakukan tanpa bersuara. Dalam kegiatan sehari-hari, orang jauh lebih banyak melakukan kegiatan membaca seperti ini. Di samping tidak mengganggu orang lain, juga waktu yang ditempuh dalam membaca dapat lebih dihemat daripada dengan menyuarakan bahan bacaan, karena membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat.
Sejumlah aspek yang diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah:
· memiliki kosa kata yang cukup banyak;
· memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
· memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
· memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan dan rinciannya;
· memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamijan , 1996).
Sebaliknya hambatan juga sering ditemukan dalam kelancaran membaca pemahaman, seperti:
· membaca dengan vokalisasi, baik dengan suara terdengar, berbisik, atau hanya komat-kamit mulut saja;
· membaca deengan gerakan kepala yang diikuti baris demi baris bacaan;
· membaca kata demi kata;
· bahan bacaan yang banyak mengandung kata-kata sulit.
Suatu hal yang sangat baik bila pada saat membaca, guru memantau kegiatan baca anak didik bukan hanya sekedar dituntut untuk memeriksa hasil kegiatan baca anak, melainkan memperhatikan pula bagaimana proses membaca itu berlangsung.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami bacaan, Smith & Baret mengemukakan empat kategori pemahaman yaitu: (a) pemahaman harfiah, (b) pemahaman inferensial, (c) pemahaman evaluasi, dan (d) pemahaman apresiasi.
(a) Pemahaman Harfiah
Pemahaman harfiah membimbing siswa untuk menemukan infromasi yang secara gamblang diungkapkan dalam bacaan. Rancangan pertanyaan ditujukan untuk melatih siswa mengenal dan mengingat kemballi suatu fakta atau kejadian.
(b) Pemahaman Inferensial
Pemahanan inferensial ditunjukkan oleh siswa bila dapat mencari kesimpulan dari hal-hal yang diketahui dari bacaan, Pertanyaan-pertanyaan hendkanya merangsang jawaban siswa di luar halaman bacaan.
(c) Pemahaman Evaluasi
Bila siswa dapat menunjukkan tilikan evaluatif dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan wacana dengan kriteria yang ada dalam dirinya atau kriteria dari sumber lain, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan pemahaman evaluasi
(d) Pemahaman Apresiasi
Pemahaman apresiasi berhubungan dengan impak psikologis dan estetis siswa. Selain itu, juga membimbing siswa mengenai teknik-teknik, bentuk, gaya serta struktur kata. Pertanyaan pada kategori ini dapat diarahkan kepada cara pengarang merangsang emosi pembaca.
c. Membaca Indah
Pada hakikatnya membaca indah ialah membaca teknik juga, jadi selain keterampilan membaca seperti yang telah disebutkan di atas ada juga keterampilan membacakan, yang artinya membaca yang dilakukan untuk kepentingan orang lain atau untuk kepentingan keindahan dan apresiasi sastra.
Yang menjadi perhatian utama dalam membaca indah ialah unsur irama, intonasi, ketepatan ucapan, intonasi kalimat seru, kalimat ajakan, kalimat permohonan dan seterusnya. Bahan untuk keperluan ini ialah puisi, prosa liris, bacaan dialog atau naskah drama.
Membaca sastra termasuk membaca indah. Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau kepentingan pengkajian.
0 komentar :
Posting Komentar