Minggu, 24 Mei 2020

PROSES MEMBACA SEBAGAI PROSES PSIKOLOGIS, SENSORIS, PERSEPTUAL

PROSES MEMBACA SEBAGAI PROSES PSIKOLOGIS, SENSORIS, PERSEPTUAL | Proses membaca - Membaca bukanlah merupakan proses yang pasif melainkan aktif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya  tidak boleh hanya menerimanya saja. Oleh karena itu ada orang yang mengibaratkan proses membaca itu bagaikan proses menangkap bola  dalam sebuah permainan sepak bola, dan bukannya proses menerima bingkisan lebaran

 Sebagaimana kita maklumi seorang pemain sepak bola yang baik  harus memperhatikan gerakan-gerakan bola yang ditendang, baik oleh kawan maupun lawan main. Terkadang dia harus lari, lompat untuk dapat menangkap bola. Bola yang didapat kemudian digiring, bila perlu dioperkan kepada kawan dulu kemudian dimasukkannya dalam gawang. Begitu pula halnya dengan  kegiatan membaca. Pembaca harus berusaha menangkap pesan yang terdapat dalam bacaannya secara aktif, setelah itu memahami lebih lanjut isi yang terdapat di dalamnya, dan kalau perlu mengomentarinya. Jadi tidak begitu saja menerima seluruh pesan  yang disampaikan seperti halnya saat menerima bingkisan lebaran tadi.

 Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting ialah menangkap pesan atau ide pokok  bacaan dengan baik.

a.   Membaca sebagai suatu proses psikologis

Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni bahwa kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti  motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, sertaa oleh tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegansi dan usia mental  (mental age).

b.  Membaca sebagai proses sensoris

Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba (bagi mereka  yang tuna netra).  Stimulus masuk lewat indera penglihatan, mata. Pada tingkat awal anak-anak  menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Pada saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa  tanda dan lambang tentu menunjukkan nama atau benda. Kemudian mereka belajar bahwa jika lambang-lambang tersebut itu dirangkai-rangkaian maka akan tersusunlah suatu pembicaraan.

Kapankah anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk memulai membaca buku? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak dianggap telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam pemfokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada usia tersebut karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkembangannya dan kita harus memiliki pengetahuan-pengtahuan yang layak tentang hal-hal yang pantas diperhatikan.

c.   Membaca sebagai proses perseptual

Proses perseptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat dengan proses sensoris. Oleh karena itu kita   harus waspada untuk tidak mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian dalam proses membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan mendengar.

Vernon (1962) memberikan penjelasan bahwa proses perseptual dalam membaca itu terdiri atas empat bagian:
  1. kesadaran akan rangsangan visual;
  2. kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;
  3. klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang umum;
  4. identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
Meskipun Vernon bermaksud memperuntukan langkah-langkah tersebut untuk visual namun dapat juga diterapkan pada persepsi auditoris. Untuk mengembangkan kemampuan membacanya anak harus pula dapat memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya dengan stimulus-stimulus yang ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang dilaminya. Dengan kata lain pada setiap anak haruslah terjadi semacam mediasi atau pengalihan pengalaman.

Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain oleh kebudayaan, pengalaman, emosi, kematangan bahkan kepribadian anak  yang bersangkutan. Dengan demikian seyogyanyalah anak-anak sudah terlebih dahulu memiliki banyak pengalaman sebelum dirinya pertama kali mengenal huruf, kata dan kalimat dalam wacana. Semakin luas dan bervariasi pengalaman seorang anak akan semakin luas dan semakin terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan konsep-konsep dan memperbaiki pesepsinya.

0 komentar :

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1